tanya:
1. Plus minus Krabbelgruppe (Playgrup)/Kindergarten (TK) di negri orang (Jerman)?
2. Membahayakan aqidahkah untuk anak?
3. Apa pengaruhnya untuk masa keemasan anak?apakah akan sayang?
4. Apakah lebih baik anak di rumah saja bersama orangtua (ibunya)?
Pliss bantuin jawab ya...lagi bingung nih...
Mira, Afra pas 6 thn masuk KiGa Evangelist di Mannheim, selama 1 thn, di rumah aku ajarin Iqro,juga di bekali cerita2 dan VCD ttg Keislaman. Aku ajari shalat dan puasa, Alhamdulillah, pas SD dia puasa walau gurunya kasihan kerna masih kecil udah shaum.
AntwortenLöschenTapi di sekolah, aku strick bilang ke guru, makanan hanya dari rumah yg halal aja, dan Afra ... See Morediajari label makanan halal. Kalau perayaan2 di TK sprt Paskah, Natal, kami sklg ngga ikutan hadir, kecuali kalau ada bazaar2 umum,sommerfest, kenaikan kelas aku aktif bantu2 dan ikutan jualan
1. Kalau usia Playgroupnya 2-3 th menurutku, masih terlalu kecil, mungkin lebih baik di rumah dulu sampai usia 4-5 thn
2. Wah, kalau soal Aqidah ya Mir, kita sebagai ortu kasih bekal saja, justru anak harus belajar tentang perbedaan. Bekali tentang tauhid, pengawasan Allah walaupun kita ngga melihat Allah dll
3. Tergantung, aku pribadi memang senang selalu8 bersama anak, tapi anak juga butuh sosialisasi, dan ibu punya keuntungan 3-4 jam waktu, yg bisa dipakai untuk bekerja, hobi, membereskan rumah dll
4. Belum tentu, kalau ada 2 anak, pengalamanku dulu, Afra 6 thn Hanif baby, lebih tenang ketika Afra sekolah, aku bisa konsen ke adiknya dan mengurus rumah, karena kalau anak di rumah saja, anakku cenderung selalu minta ditemani, diladeni oleh Umminya
1. plus minusnya pasti ada mira, ya udah mungkin melalui pengalamanku akan terjawab di pertanyaan mira selanjutnya ya mira,
AntwortenLöschen2. kalau ga dibarengi dengan kuatnya 'erziehen islami' kita di rumah, ini membayakan. apalagi ,walau tk nya adriasti bukan tk kristen, tp hari besar agama kristen tentunya mereka mitkriegen (halah susah tranlatenya). tentang st.martin,natal, paskah, di rumah kita jelaskan, bahwa kita tidak merayakan itu sbg orang islam, mungkin keliahatannya sepele mira, tapi otak mereka sungguh menerima apa yang kita jelaskan, mungkin ketika kita menjelaskan, mereka berlaku seolah acuh tak acuh, tapi seringkali adri asti tercertus " kita muslim, jadi kita ga boleh ini... ga melakukan itu..."
aku kadang kaget, ooo ternyata mereke nerima apa yang kita katakan, dan mengulangnya sendiri.
3. baiknya, memberikan anak ke TK , KITA, kidergarten, setelah anak berumur 3 thn, kurang dari 3 thn tidak disarankan, kecuali ayah/ ibu bekerja dan atau sekolah, hmm... di jerman ini, berbeda dengan di indonesia, yang bisa hampir setiap hari bermain bersama tetangga yang seumuran di pelataran rumah , atau datangnya tante dan sepupu, nenek kakek, di jerman, tentunya si anak perlu bersosialisasi, selain hanya dengan ayah dan bundanya, salah satu alternatif adalah kindergarten, fenomena yang ada, melalui pengamatan dan pengalaman, anak balita yang tidak pergi ke kindergarten, kadar egois nya cenderung tinggi, terlihat jika, anak teman (seorang tetangga turki) berumur sudah 3 tahun belum masuk ke KITA, jika di spielplatz, si anak tidak bisa berbagi, cenderung ingin menguasai alat bermain misalkan, atau merebut mainan tanpa bertanya, kadang malah memukul temannya, hal ini tidak/jarang terjadi pad anak (di atas 3 thn) yang sudah pergi ke KITA, karena sosialisasi , pembelajaran berbagi, santu bertanya , mereka dapatkan dari proses belajar di KITA
4. sepertinya sudah sedikit terjawab di no 3 ya mira, saran dari aku, sebaiknya mengirimkan anak di atas 3 th ke KITA setengah hari, maksudnya KITA setengah hari, misalkan dari jam 8.30 sampai jam 12, itu waktu yang tengah2, tidak terlalu lama, o iya, satu menjawab pertanyaan no 1. di sini aja ya, pengaruh buruk yang akan didapat anak di KITA, adalah terbawanya budaya/kultur Jerman ke rumah, ini yang sedang aku rasakan, mira, jika dulu di Indonesia, anak2 sepertinya sangat nurut dengan orang tua, cenderung takut mengungkapkan pendapatnya, di sini anak2 yang sudah masuk KITA akan lebih menuntu kita demokratis, nah... jangan sampai kita sbg orang tua kebablasan menerapkan kedemokratisan kita pada anak, ada saat2, anak harus mendengar, ada saat anak2 bisa memilih, dan satu minus yang dibawa (khususnya anaka2 aku, mira , belum tentu juga terjadi di anak, mira, krn temenku, orang indo anaknya tidak melalui fase ini) terbawanya kata2 kurang baik , seperti blööödd.. maannn...(yang ini harmlos) tapi alhamdulillaah, dengan penjelasan, kata2 itu sudah tidak ada lagi di dalam rumahku, alhamdulillaah...
soal makanan, mungkin hal ini bisa didiskusikan oleh suami, kalau di KITAnya adri asti tidak ada daging babi krn alasan kesehatan,
makanan pokoknya selalu ayam dan atau sapi,
aku dan suami , memutuskan adri dan asti boleh makan di KITA, semoga bisa membantu ya mira, intinya, kita di rumah harus kuat dengan didikan Islamnya, bukan keras tetapi lebih kontinu, insya Allaah