Abis jalan-jalan sore sama abi , Daffa, dan Syamil, iseng-iseng buka kotak pos. Walaupun jarang ada surat sampai hari sabtu, ada iklan mingguan menarik yang selalu mampir di kotak pos setiap hari sabtu.
Ada surat dari Jugendamt (Kantor pemerintahan yang mengurusi bidang anak dan pemuda). Penasaran banget, sampai-sampai saya buka di perjalanan menuju Wohnung kami di lantai 3. Kaget setengah ngga percaya, ternyata isinya "pemaksaan" kami sebagai orangtua dari Syamil diharuskan memerikasakan anak secara berkala. Kebetulan Pemeriksaan berkala Syamil yang kelima (U-5) harus dilaksanakan dalam waktu dekat ini. Ck.ck.ck, ternyata Jerman perhatian banget yah sama anak-anak. Sampai-sampai di dalam suratnya itu ditulis, kalau kami tidak mengirimkan kartu yang sudah distempel dokter dalam batas waktu yang ditentukan, kami akan dilaporkan ke Jugendamt untuk dipertimbangkan, apakah masih layak merawat anak kami sendiri. Wiidiiih...keren abis dah.
Sebenernya tanpa surat dari Jugendamt-pun saya pun biasa memeriksakan anak secara rutin. Namun surat itu sepertinya memang sengaja dibuat untuk mengantisipasi para orangtua yang tidak memeriksakan anaknya secara rutin ke dokter.
Ngga cuma itu, beberapa bulan yang lalu kami kedatangan tamu dari Stadt Hannover (kaya pegawai kelurahan kali ya, kalau di Idonesia). Dia datang untuk memberitahukan panjang lebar tentang fasilitas yang ada di Hannover untuk anak-anak. Dari mulai pengamanan anak di rumah, tangga, alat-alat dapur, sampai kolam renang anak, perpustakaan bayi dan anak, tempat berwisata untuk para ayah dan anak. Pokoknya lengkap banget dah....ampe geleng-geleng kepala. Itu baru soal anak.
Baru beberapa jam yang lalu, saya nonton cara reality show, judulnya kalau ngga salah "Achtung Kontrolle" (Awas Ada Pemeriksaan). Pada acara kali itu kebetulan supir-supir kendaraan besar (LKW) yang diperiksa, apakah muatannya legal, apakah kendaraannya layak jalan, apakah surat-suratnya lengkap. Nah...ada supir dari Rumania yang kebetulan diperiksa. Dia ngga punya masalah sama sekali dengan surat-surat dan keadaan kendaraannya. Cumaa...., yang bikin saya heran bin takjub, si polisinya mengecek, sudah berapa lama si supir menyetir, dan sudah berapa lama istirahat. Ternyata menurut pemeriksaan polisi, si supir ini baru 6 jam istirahat. Menurut peraturan, supir yang sudah menyupir sekian jam diharuskan istirahat selama 11 jam. Akhirnya si supir ngga boleh jalan dulu, dan harus istirahat di pos polisi tersebut. Parah ngga sih?? Perhatian bener sama jam istirahatnya supir.

Jerman--jerman..emang negara kalo udah maju,ngga lagi cuma mengurusi urusan perut yak?Kapan kita bisa kaya gini??

Salah satu yang ngangenin dari Jerman emang perhatiannya sama anak2, bahwa anak2 itu penting banget dan jadi prioritas. Sementara di sini...anak2 seringkali cuma jadi obyek doang.
AntwortenLöschenInsya Allah...Indonesia bisa, tapi rakyatnya harus berubah dulu. Nanti kalo rakyatnya udah lebih banyak yang bener daripada yang ngaco pasti lahir pemimpin2 yang bener. Makanya...pada pulang ya kalo udah beres urusannya di sana, biar bisa jadi changing agent di sini.....