
Tapi itu dulu...(Cieee...
). Sekarang saya termasuk golongan yang jarang telat. Walaupun masih kadang-kadang banget juga pernah telat. Saya juga heran kenapa saya bisa berubah. Belum terlalu lama berubah, tapi beneran loh, saya sampe terkagum-kagum sendiri. Hehehe...

Pasti orang-orang mengira saya bisa tepat waktu karena saya berada di Jerman. Karena semua disini berjalan begitu tertibnya dan tepat waktu, maka itu mempengaruhi saya, begitu kan?? Hmmm...kalau begitu tebakannya, anda belum beruntung alias ngga sampe 50% bener. Meskipun ngga seratus persen salah.
Waktu saya kuliah, penyakit ngaret saya juga masih ada kok. Malah kadang-kadang sampe saking ngaretnya dan malu sama Pak Professor yang lagi ngajar, saya nerusin tidur lagi aja di rumah, sampe jam pelajaran berikutnya (Enaknya kuliah di Jerman, ngga pernah di absen
).

Sebenernya alasan utamanya saya bisa on time karena terpaksa. Sejak punya anak, Termin-termin (janji-janji) yang saya buat kebanyakan berkaitan dengan kepentingan anak saya. Mungkin karena saking sayangnya sama anak atau mungkin karena ngga ingin kepentingan anak terlewati, makanya saya ngotot datang selalu lebih awal dari jam yang ditetapkan. Apalagi namanya juga anak-anak, nyiapin mereka bisa makan waktu lama. Ditambah lagi ada musim dingin, dimana anak-anak mesti pake baju berlapis-lapis kalau keluar rumah, belum perbekalan yang segrambreng. Semua itu butuh persiapan yang awal dan terencana. Alhamdulillah, sejak itu On Time menjadi kebiasaan yang sangat mudah dijalankan.
Ngomong-ngomong tentang tepat waktu, ternyata bukan cuma orang Indonesia aja yang dicap tidak On Time. Memang belum ada penelitian yang ilmiah sih. Ini cuma pengamatan subjektifitas versi saya. Waktu kami sekeluarga jalan-jalan ke Perancis, dan mengunjungi dua kota berbeda (Paris dan Bordeaux), sampe ngga ada kata yang keluar dari mulut untuk bisa mengungkapkan kekesalan saya. Orang Perancis juga cenderung ngga On Time meskipun ngga bisa digeneralisasi. Beberapa kali suami saya janjian sama orang sana, mesti ngaret 15 menit. Begitupun kereta antar kota..., weleh-weleh, sama Jerman jauh dah. Selidik punya selidik, yang suka sebel kalo janjian sama orang Perancis di Perancis ternyata banyak. Salah satunya atasan suami saya. Menurut dia, kalau janjian sama orang Perancis di Perancis memang harus siap-siap dikaretin 15 menit. Saya tulis orang Perancis di Perancis loh ya. Sebab kalau sudah sampe Jerman mereka ikut budaya On Time orang Jerman.
Jadi memang ternyata On Time itu adalah budaya dan kebiasaan orang atau bangsa tertentu. Bisa jadi orang-orang Jerman bisa tepat waktu karena terpaksa seperti saya. Gimana ngga terpaksa coba, contoh kalau janjian, meskipun sama temen deket telat 10 menit ditinggal kok. Apalagi semua disini terukur dan tepat waktu. Misalnya jadwal bus, Tram, kereta dan sebagainya. Kecuali ada kecelakaan, jarang sekali tidak on Time.
Orang Perancis dan orang Indonesiapun demikian. Mereka atau kita tidak tepat waktu, karena orang-orangnya juga memaklumi ketidaktepatan waktu itu sendiri. Misalnya kalau janjian sama temen, terus telat, masak mau ditinggal pergi. Pasti kalau saya mikirnya, kan sayang ngga ditunggu atau alasan lain sebagai pemakluman ketidaktepatan waktu. Orang Perancis juga sudah memaklumi dan mempersiapkan tentang tambahan waktu 15 menit untuk kebudayaan atau kebiasaan ketidaktepatan waktu mereka.
Yang bikin geli, kalau orang Perancis siap-siap dengan waktu tambahan selama 15 menit, saya sebagai orang Indonesia siap-siap dengan waktu tambahan ketelatan selama 60 menit atau lebih....
