Samstag, 3. April 2010

Operasi Syamil

Ini sambungan posting sebelumnya....

Tanggal 18 akhirnya datang juga. Kami sekeluarga pergi ke rumah sakit. Saya direncanakan menginap bareng dengan Syamil disana.

Setelah pemeriksaan awal dan waktu menunggu yang lama (kami menunggu sekitar 3 jam sampai diantar ke Stasiun), akhirnya Syamil mendapatkan kamar.

Saya sangat kaget waktu tahu, ternyata saya harus menginap terpisah dengan Syamil. Saya di Elternzimmer, Syamil di Stasiun. Waktu itu saya ngga kuat untuk tidak menangis. Saya ngga tau apakah saya yang terlalu melankolis, atau cuma terbawa suasana rumah sakit yang terlalu mudah ditemukan wajah-wajah sedih. Saya bertanya dengan nada protes, nanti bagaimana kalau anak saya mau nyusu, atau bagaimana nanti kalau menangis. Suster disana menerangkan, mereka akan menelpon saya, kalau bayi saya menangis kelaparan atau kehausan. Dan sayapun bisa datang kesana. Wuiiihh ribet bener yak...
Alhamdulillah, cuma sebentar saya mengasihani diri sendiri dan merasakan sedih nelongso. Ketika saya bertemu dengan tetangga sekamar saya, diapun sudah 2 pekan tidak sekamar dengan bayinya. Yang parahnya lagi bayinya langsung dibawa ke rumah sakit setelah lahir, karena tidak memiliki salah satu organ (saya kurang ngerti organ mana, maklum ngobrolnya pake bahasa Jerman, dan istilah yang dia sebutkanbelum pernah saya dengar).JAdi otomatis dia belum pernah sekamar dengan bayinya sejak melahirkan. Lega rasanya, kalau tahu kita tidak sendirian yang mengalami perlakuan tertentu.

KEesokan harinya pukul 8:15 Syamil dibawa ke ruang operasi. Waktu itu saya lagi sarapan di ruang makan, jadi tidak sempet mengantar. Dag dig dug hati ini menunggu operasi sampai selesai. Saya berdoa dan memohon padaNya agar Syamil diberikan Kesempurnaan dan kesembuhan yang menyeluruh. Doa yang sempet diucapkan teman saya untuk Syamil, dan saya sangat terkesan dengan doa itu.

Satu setengah jam kemudian, Syamil keluar ruang operasi. Bukannya lemas karena mungkin ada bius yang tersisa, Syamil yang saya temui sudah menjerit-jerit. Entah apa yang dia rasakan. Mungkin kehausan, karena harus puasa 4 jam sebelum operasi, mungkin juga kesakitan. Kasihaann banget melihat bayi merah dioprasi. Tangannya diikat, agar tidak menggaruk luka oprasinya. Kabel ada dimana-mana, di dada, di kaki. Suster kemudian memberi susu yang sudah saya pompa sebelumnya menggunakan suntikan yang diperpanjang dengan alat namanya finger feeder. Maksudnya biar luka operasinya tidak rusak, kalau langsung menyusu di dada.  Alhamdulillah Syamil minum, walaupun sambil nangis-nangis dan jerit-jerit karena ketidaknyamanan yang dia rasakan.

Jahitan operasi Syamil dibuka 6 hari kemudian. Alhamdulillah mulutnya sudah menutup, semuanya sehat dan bagus. Kamipun boleh pulang setelah 7 hari di rumah sakit. Setelah itu, Syamil masih harus minum susu memakai suntikan dan akan dikontrol lagi tanggal 12 April nanti.

Banyak sekali pelajaran yang saya rasakan ketika menemani Syamil di rumah sakit. Rasa syukur itu tak henti-hentinya saya ucapkan. saya menemukan banyak sekali kasus bayi yanglebih parah dari Syamil. Ada yang perutnya diberi selang, ada yang kepalanya dioperasi, ada mendapatkan piagam bertuliskan "Du bist sehr tapfer" dari para suster karena beberapa kali dioperasi dan dia überleben. Kesemuanya itu harus dialami oleh bayi-bayi yang baru lahir (Syamil ditempatkan di stasiun khusus bayi baru lahir). Saya sangat bersyukur karena Syamil "cuma gitu doang".

Selain itu, saya juga terkesan dengan birokrasi rumah sakit di Jerman. Walaupun belum sempurna (na ja di dunia kan ga ada yang sempurna), semuanya sistematis dan mudah. Tinggal ngasih kartu asuransi, semuanya beres. Visite dokter, biaya penginapan, biaya obat, sampai konsumsi ibunya(saya) selama menginap di rumah sakit ditanggung semua. Alhamdulillah semua diringankan dan dimudahkan.

Alhamdulillah sampai saat ini semua lancar dan mudah-mudahan Syamil diberikan kesempurnaan dan kesembuhan yang menyeluruh. Minta doanya ya...

Terjemahan:
Elternzimmer = kamar orang tua
Du bist sehr tapfer = kamu sangat kuat
überleben = tetap hidup

5 Kommentare:

  1. Spechless....kamu emang adikku yang tabah Mir........

    AntwortenLöschen
  2. Amiin... moga2 lekas sembuh ya, Syamil.. Jadi inget dulu, waktu Maryam lahir juga di rawat di Kinderklinik, gara2 suhu tubuh yang terus menurun. Sediiiihnya tidak terkira. Tapi pas saya nengok dia di sana, ternyata anakku tampak yang paling beruntung diantara bayi-bayi yang lain..

    AntwortenLöschen
  3. alhamdulillahh...semua emang udah ada porsinya sendiri2 kali ya mba...;-)

    AntwortenLöschen