alhamdulillah.., akhirnya lahir juga.
Perasaan lega teramat sangat yang saya rasakan saat itu. Setelah telat 4 hari dari jadwal, dan bosan bolak balik ke dokter kandungan karena bayi saya ngga lahir-lahir.
Hari Kamis tanggal 11. Februari 2010 anak laki-laki saya yang kedua lahir jam 2:41. Padahal kemarennya (hari rabu), dokter yang saya datangi cuma geleng2 kepala, ketika saya bertanya apakah ada tanda-tanda akan lahir. Kelahiran memang misteri Sang Kuasa, seperti halnya jodoh dan kematian. Apapun dan kapanpun bisa terjadi, tergantung kehendakNya.
SAya bersyukur sekali, karena kelahiran yang kedua ini tergolong cepat. Mulai kontraksi jam 22:30, masih sempet nyuci kereta bayi yang baru dateng, sampai jam 24. Tadinya saya memutuskan tidur, karena saya ngga yakin bayinya akan lahir cepat. Saya pikir paling cepat besok paginya. Tapi, karena sudah waktunya, boro2 bisa tidur, yang ada kontraksi itu menguat menjadi 3 menit sekali. Saya putuskan membangunkan suami, yang sebetulnya baru akan bertualang dam mimpi indahnya...
Saya pun bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit, sambil menunggu beberapa teman datang ke rumah untuk menjaga Daffa. YAng saya pikirkan pada saat itu, saya pingin cepet sampai di rumah sakit, karena kalau ngga, khawatir ngga kuat jalan. Mana di luar salju lagi tebal2nya, ditambah angin kencang winter yang dingin banget. Saking ngga kuat nahan sakit, supir taksi yang membawa saya dan suami ke rumah sakit jadi ikutan tegang dan ngebut.
Ternyata benar, sesampainya di rumah sakit, saya sudah bukaan 6. Saya pun udah ngga tahan pingin ngeden.. Bidan yang ada waktu itu ada segera menyuruh saya ke ruang melahirkan. Saya sadar sepenuhnya bahwa melahirkan itu sakit. Tapi saya sudah lupa sakitnya seperti apa. Saya cuma ketakutan menghadapi rasa sakit itu. Saking groginya, saya sempat muntah-muntah dan batuk-batuk (kalo ini ciri2 saya, kalo lagi grogi atau stres, hehehe). Alhamdulillah, sekitar 30-40 menit kemudian (saya ngga inget lagi), bayi saya lahir.
Ketika itu rasanya legaaaa banget ketika melihat bayi saya diangkat oleh bidan.
Tapi..apa itu..saya agak kaget melihat bayi saya beda dari kakaknya maupun bayi lain. Bayi saya lahir dengan bibir sumbing. Kasus yang terjadi 500:1 di negara Jerman. Bayi saya dipilih oleh Yang Maha Kuasa untuk mewakili 500 bayi yang lahir. Bayi saya istimewa.
Bidan yang menangani kelahiran menghibur saya dengan mengatakan, kasus seperti ini bukan kasus yang termat buruk. Dimasa depan akan bisa dikoreksi. Saya yang waktu itu masih terbayang sakit melahirkan, cuma merasakan lega, dan syukur karena bayi saya bisa lahir dengan selamat. Sedikit kaget memang ada. Tapi, tidak melebihi kekagetan seperti ketika kakanya lahir, dan melihat hidung kakanya pesek. (abis, hidung Daffa pesek buanget, hehehe). Saya bersyukur bisa langsung meyusui bayi saya, hal yang ngga bisa saya lakukan pada kakaknya krn waktu itu langsung diambil bidan, dan bayi saya pun minum dengan lahap, walaupun dengan kondisi bibir seperti itu.
Saya pun bertanya pada suami saya, apakah dia sedih dengan keadaan seperti itu. Alhamdulillah diapun bisa menerima bayi kami dengan hati lapang (tapi kalau di hatinya, ngga tau deng).
Paska U1 dan U2 (Pemeriksaan standar pertama dan kedua), alhamdulillah diketahui bahwa bayi saya cuma sumbing di bagian bibir. Dalam bahasa JErman disebut Lippenspalte. Banyak anak-anak lain yang mengalami Spalte (sumbing), dibagian rahang, dan gusi (Lippen-Kiefer-Gaumen-Spalte). Mungkin itu sebabnya bayi saya bisa minum ASI dengan lahap.
Keesokan harinya saya mendapatkan nomer telepon Professor yang biasa menangani bibir sumbing, dan saya pun diharapkan segera mebuat janji dengan professor itu untuk penanganan lebih lanjut. Alhamdulillah, Termin pun tak sulit saya dapatkan, insya Alloh 2 pekan kemudian kami bertemu dengan Professor itu.
Yang mebuat saya kaget, ketika saya bertemu dengan Prof itu, saya langsung mendapatkan Termin untuk oprasi 2 pekan kemudian (tanggal 19 Maret). Professor itu mengatakan, beliau bisa mengoprasi bayi diatas 3 pekan. Alhamdulillah kasus bayi saya termasuk kasus minor, atau tidak terlalu parah, jadi sangat mungkin hanya dibutuhkan 1x oprasi. Saya yang waktu itu masih tidak terlalu banyak tahu tentang hal-hal "persumbingan" (masih sedikit googling dan baca2), menurut saja apa yang dikatakan professor.
Bersambung.......
Oh iya, bayi kami bernama Syamil Dermawan Musa, mudah-mudahan bisa menjadi anak yang menyeluruh dan komplit cara berpikirnya, suka bersedekah, dan Musa(ini dadakan). Saya berdoa, jikalau Syamil besar bicaranya kurang jelas, maka mudah-mudahan akan seperti nabi Musa yang tetap bisa menyampaikan kebenaran dan taat pada RabbNya.
alhamdulillaah, syamil cuma kurang di bagian bibir, subhanallah, sudah dikoreksi pula
AntwortenLöschenbtw kalo di jerman, kelahiran normal juga pakenya bidan ya mba? bukan SpOG?
kayanya sih cuman kalo dioperasi aja dibantu dokter, atau ada kelainan tertentu, misalnya sungsang.
AntwortenLöschenhem, berarti sama kayak di indonesia ya... hehe,
AntwortenLöschen