Mittwoch, 29. September 2010

[Xenophobia] Karena Para Guru

Saya emang penakut, saya emang ngga PD-an, apalagi ketika berhadapan dengan orang yang baru dikenal.

Semua buat saya terasa asing, kepala saya sampai pusing memikirkan kata-kata apa yang harus meluncur dari bibir ini ketika berhadapan dengan orang yang baru saya temui. Saya yakin ngga cuma saya yang merasakan semua ini. Saya yakin saya punya banyak teman di luaran sana yang merasakan tertekannya berhadapan dengan orang baru.

Ketakutan saya semakin menjadi-jadi ketika saya berhadapan dengan sosok yang bernama GURU. Sebagus apapun modifikasi kata guru itu, tidak membuat ketakutan saya hilang. Guru yang menjelma menjadi seorang ustadz ataupun profesor tetap membuat lutut saya lemas ketika berhadapan dengannya. Pun, ketika teman-teman saya berusaha meyakinkan saya bahwa Profesor-Profesor atau dosen- dosen di Jerman sangat terbuka dengan pertanyaan dari murid-muridnya. Ketakutan itu menetap dengan anteng di sudut hati saya.

Saya sangat terganggu dengan perasaan saya sendiri. Apalagi kesuksesan seorang yang sedang belajar bergantung juga dari keluasan hati kita berhubungan dengan sang guru, tidak malu bertanya, dan berkonsultasi dengannya. 

Semua teori itu sudah saya ketahui. Teori hanyalah sebuah kata-kata yang sama sekali tidak bisa saya laksanakan. Tetap saya bibir saya bergetar ditambah seluruh ini lemas jika berhadapan dengan sosok yang derajatnya ditinggikan oleh sang Rabb. Tidak hanya ketika saya harus berkonsultasi sesuatu dengan sang guru, ketemu di tengah jalan saja salah tingkah ngga karuan. Sahabat tentu bisa membayangkan betapa tersiksanya saya ketika berada di kelas.

Sampai hari tekahir kelulusan saya di bangku kuliah, saya tetap belum bisa berkompromi dengan perasaan saya yang sangat menggganggu ini. Saya mencoba menyelidiki kenapa saya takut sekali berhadapan dengan guru.  Memang banyak pengalaman ngga enak yang saya alamai dengan guru. Sewaktu SD, saya sempat dibego-begoin oleh ibu guru yang mungkin lagi stres berat karena masalah "dalam negrinya". Ketika SMP, saya menggigil ketakutan ketika melihat ada seorang teman laki-laki ditampar karena tidak mengerjakan PR. Semasa SMU tidak kalah serunya, saya sering banget diomelin sama guru Fisika karena sebab-sebab yang saya anggap sepele. Dengan para ustadz memang saya relatif tidak punya pengalaman buruk, hanya saja label guru yang melekat pada sosok itulah yang membuat saya ngeri tak beralasan.  

Akhirnya sekarang ini, saya mencoba untuk melawan perasaan saya sendiri dengan cara kuliah jarak jauh. Kalau di Indonesia namanya Universitas terbuka. Mungkin kalau saya tidak secara langsung melihat sosok bu guru dan pak guru, perasaan saya lebih berdamai dengan logika keinginan mencari ilmu. Kalau saya ada kesempatan, mungkin saya akan mencoba menjadi guru untuk menerapi perasaan saya sendiri...

------------------------------------------------
Untuk diikutkan dalam lombanya mba Lessy disini

Oh iya, artikel ini sama sekali bukan untuk menyudutkan para guru. Saya sangat berterima kasih sekali kepada para guru yang telah mengantarkan saya hingga bisa sampai sekarang ini. Buat saya para guru tetaplah Pahlawan tanpa tanda jasa..., yang selalu saya sayangi dan saya hormati.

Dienstag, 28. September 2010

[Random Snippets-AIR] Romantisnya Hujan

Suasana yang paling bikin saya melankolis adalah ketika hujan. Baik hujan rintik-rintik, ataupun hujan deres gerobos, apalagi kalau hujan yang ada pelanginya...

Menikmatinya ngga mesti bersama seseorang, apalagi dulu saya kan lebih sering sendirian. Salah-salah kalau menikmati bersama temen perempuan yang lagi jalan bareng, bisa disangka lesbbong, amit-amit dah...

Setiap hujan mulai turun, apalagi kalau diawali dengan gerimis, pasti ada kata terucap dari mulut saya yang temen-temen saya pasti udah hapal..." Waaaa romantis..."

Dulu saya sering membayangkan, enaknya kalau hujan-hujan begini, ada seseorang yang kita sayangi di sebelah kita sambil memegang payung atau kalau bisa pelepah daun pisang. Ngga papa deh basah-basahan. Mirip di pelem-pelem...:-). Saya kayanya emang kebanyakan nonton TV deh.

Temen-temen saya, yang sering jalan bareng saya lama kelamaan eneg juga, denger saya ngomong romantis setiap hujan turun. Jadi sebelum saya ngomong kata romantis, temen-temen saya selalu duluan bilang "waaa romantis..." . Ledekan temen-temen saya ngga membuat perasaan ngerasa romantis itu hilang dari dada saya. Segitu melonya ya....

Setelah menikah, wajar dong kalau saya kepingin sekali-kali kehujanan bareng suami saya. Makanya saya seneng banget ngajak jalan-jalan pas hujan turun. Bagaikan bertepuk sebelah tangan, bukannya sama-sama ngerasain romantis, suami saya sama sekali ngga suka basah karena kehujanan. Kita sama-sama suka hujan memang. Tapi, buat suami saya, hal yang enak dilakukan ketika hujan turun adalah, melihat ke luar jendela, dan memperhatikan orang-orang yang lari karena ngga mau basah kehujanan....Parah ya...Nasib--nasib.

Tapi ngga papa, buat saya hujan tetap menyelipkan perasaan romantis di hati saya, dan biarlah saya merasakannya seorang diri saja. Tentu sambil berdoa, semoga rintik-rintik hujan itu menyampaikan permintaan dan permohonan saya kepadaNya.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Semoga lolos deh, naksir banget ama hadiahnya...;-)

Otomatis Berjilbab

Alhamdulillah saya dikasih kesempatan untuk berjilbab sejak saya masuk SMP. Memang sih ngga langsung pakai ketika "si merah" sudah bertamu. Tapi mudah-mudahan Alloh menghapus dosa-dosa saya yang sebelumnya.

Awalnya saya ngga mau pakai jilbab terus-terusan, alias pinginnya pas sekolah aja. Saat di rumah atau lagi jalan-jalan masih pingin pamer gaya rambut yang dikepang banyak dan dikuncir-kuncir seperti mba-mba yang ada di sinetron Cina pada saat itu. Kalau ngga salah lagi musim temen-temennya Return of the Condor Heroes. Cantik-cantik banget kan model rambut dan kuncirannya.. Ditambah lagi pada saat itu rambut saya masih tebal, panjang dan banyak, waahhh...bisa daftar iklan Shampo dah...

Alhamdulillahnya, saya dibesarkan oleh keluarga yang mayoritas anak-anak perempuannya pakai jilbab ketika sudah beranjak dewasa .Hampir semua sepupu saya mengenakan jilbab. Ibu saya juga pakai jilbab. Otomatis saya merasa harus pakai jilbab juga. Ngga ada nyuruh loh. Logika yang aneh ya, namanya juga remaja labil yang cuma ikut-ikutan temen dan saudara..Memang saya ngga merasa terpaksa untuk pake jilbab, tapi kan namanya juga anak remaja yang lagi centil-centilnya, berat..euy...

Saya sudah memutuskan untuk memakai jilbab kalau seragam SMP sudah dibagikan. Pekan itu yang merupakan MOS (Masa Orientasi Siswa), saya manfaatkan untuk berdandan habis-habisan. Hari Senin dikuncir dua, hari Selasa dikepang rambat, hari rabu gaya mba-mba di sinetron cina, hari kamis bikin bando kepang dari rambut sendiri, hari Jum'atnya dikepang banyak. Saya sampai bingung sendiri, padahal sebelumnya, jangankan dandan, wong sisiran saja suka males.

Tibalah hari Senin dimana saya harus pakai jilbab. Alhamdulillah sukses, tapi sewaktu pulang sekolh, ahhh gerah, saya copot lagi aja tuh jilbab. Lagi-lagi saya syukuri pertolonganNya. Waktu itu ada teman yang juga pakai jilbab, malah dari SD, padahal SD Negri. Dia kebetulan mampir ke rumah pada hari Senin itu. Ngga ada kata-kata yang terucap dari mulutnya ketika melihat saya mencopot jilbab. Malah saya sempet membela diri. "Kan kalau mau pake jilbab, bisa bertahap ya, pelan-pelan, jadi di rumah saya belum mau pakai dulu",kata saya. Teman yang kemudian menjadi salah satu sahabat saya itu, sama sekali tidak berkata-kata. Tatapannyapun biasa saja, ngga ada lirikan sinis, apalagi menjustifikasi.

Esokannya, saya tanpa sadar, mungkin karena malu sama teman,  saya meniatkan untuk selalu berjilbab kalau keluar rumah. Alhamdulillah saya pakai jilbab sekarang, insyaAlloh sampai nanti bisa masuk ke Syurga. InsyaAlloh saya bisa dandan sepuasnya di Syurga,minta punya rambut bagus, dan jadi bidadari suami saya.amiiinn

Salah satu dari banyak hal yang saya syukuri adalah saya punya keluarga yang sangat mendukung saya untuk beribadah. Saya juga merasa Alloh sangat melindungi saya dengan memberikan hidayah-hidayah yang saya sendiri ngga tau kapan datangnya, dan ngga sempat saya pikirin. Jilbab itupun merupakan anugrah yang tiada terkira, karena saya diberi kesempatan untuk memakainya tanpa merasa berat, tanpa merasa takut. Mungkin itu doa orang tua saya agar Alloh menjaga saya dari keburukan. Makanya, saya jadi terpacu untuk selalu mendoakan anak-anak saya agar selalu dilindungi oleh Alloh yang Maha Pelindung.

................................

Untuk diikutkan dalam lomba Uni Dian: http://cambai.multiply.com/journal/item/339

Montag, 6. September 2010

Berkah Ramadhan

Ramadhan bulan yang selalu kita rindukan. Di bulan Ramadhan banyak sekali orang tiba-tiba dapet hidayah, tiba-tiba jadi baiiik banget. Tiba-tiba jadi solih/solihah banget. Tiba-tiba banyak pertolongan yang Alloh kasih di bulan ini.

Termasuk kami sekeluarga sangat merasakan perbedaan suasana Ramadhan dibanding bulan-bulan sebelumnya. Walaupun karena kesibukan, saya tidak sempat menghias rumah dengan pernak-pernik Ramadhan tahun ini, kami selalu mengisi pembicaraan dengan hal2 yang berbau Ramdhan. 

Bulan Ramadhan kali ini terasa spesial sekali untuk kami sekeluarga. Hubungan dengan tetangga depan rumah membaik, malahan sempet tuker-tukeran makanan. Padahal sebelum jangankan saling memberi, sapaan ramahpun jarang sekali kami obral. Ironis padahal sama-sama muslim. Alhamdulillah Ramadhan kali ini, saya bisa merasakan enaknya punya tetangga semama orang yang berpuasa. 

Setelah beberapa tahun belakangan,saya sempat tidak bisa berpuasa karena hamil dan menyusui, alhamdulillah dengan pertolongan Alloh saya bisa berpuasa sampai saya datang bulan walaupun Syamil anak kedua saya masih menyusu. Kalau yang ini ada resepnya loh.
. Setiap sahur saya ngikutin sunnah Rasulullah saw dengan memakan 7 butir kurma, ngga lupa saya minum ketika sahur minimal 1,5 liter. Trus Syamilnya juga udah diajarin makan bubur dari 4 bulan...:-). Ngga ASI Eksklusif sampe 6 bulan sih. Belajar dari Daffa, malahan jadi susah makan kalau mulai makannya umur 6 bulan.

Berkah berikutnya, tetangga saya udah mulai sholat dan minta belajar baca Alquran sama suami saya. Saya sampe terharu. Ini tetangga yang lain lagi. 

Ada lagi kejadian yang sampe bikin saya bengong. Ceritanya waktu itu kami lagi survey keliling Hannover. Lihat-lihat lokasi yang enak buat tempat tinggal agak lama. Kriteria kami cukup banyak, salah satunya ada mesjid yang ngga jauh-jauh amat. Ada satu daerah deket kanal, 15 menit-an dar ipusat kota Hannover. Daerahnya kondusif banget untuk tempat tinggal anak-anak. Banyak halaman, ada kanal, gedungnya bagus. Pokoknya sesuai lah. Cuma ada satu yang mengganggu pikiran kami, dimana mesjidnya ya. Soalnya si abi minimal satu kali sehari mengharuskan diri sholat di mesjid, dan biasanya subuh. 

Pas lagi perjalanan pulang menuju halte Tram, eh tiba-tiba ada seorang berkulit hitam (saya lupa asalnya darimana) turun dari sepedanya, dan menghampiri kami, trus menanyakan apakah kami penduduk situ, soalnya dia baru pertama kali melihat kami. Suami saya bilang ngga kok, kami lagi survey-survey aja. Trus di bilang lagi. Oooh gitu, mudah-mudahan Alloh memudahkan jalan kami untuk mencari Wohnung baru, trus dia bilang lagi bahwa dia cuma mau ngasih tau mesjid di deket situ, trus ditunjukin deh sama dia, bahwa ada mesjid di deket ujung jalan situ. Abis itu dia jalan lagi pake sepeda.

Masya Alloh...saya sampe bengong. Kok bisa ya...Kebetulan yang sengaja Alloh takdirkan di bulan Ramadhan kali ini.

Sedih banget Ramadhannya udah mau habis. Mudah-mudahan Alloh pertemukan lagi kami dengan Ramadhan tahun depan...amiiinnn

27 Ramadhan 1431

Sonntag, 5. September 2010

Maaf dan Terima Kasih

Sebetulnya udah lama banget pingin bikin tulisan tentang ini, tapi biasalah sibuk. Apalagi Ramadhan harus dimanfaatkan dengan ibadah. Loh ko malah ngelantur sih.

Balik lagi ke tema. Belakangan ini saya sering banget ngerasa ngga enak body, beneran deh jadi salting. Saya sampe berpikir, apa karena saya semakin memahami arti bahasa ibu saya, bahasa Indonesia tercinta. . Pasalnya sering banget dapet email/ surat/ telp. Yang awalnya mengatakan kata, maaf. Belum-belum ngomong mengatakan maksud di balik Email/surat/ Telepon udah bilang: "maaf ya kalau mengganggu". "Sori nih kirim Email". Trus di tengah-tengah Email nyangkut lagi kata " maaf loh", trus di akhirnya ada lagi "Maaf sekali lagi ya..".

Waduuhhh..., beneran deh, saya jadi ngga enak sendiri kalo udah gitu.  Pertama saya sama sekali ngga merasa sahabat-sahabat saya itu punya salah apalagi salah parah, yang sampai mengharuskan minta maaf berkali-kali. Apalagi kalau Email/Surat/Telepon yang isinya minta tolong.  Buat saya, saya lebih seneng kalau kata maafnya diganti terima kasih. Bukannya saya addict kata terima kasih. Tapi perasaan saya lebih enak aja nerimanya, daripada kalau ada orang ngerasa berbuat salah terus sama saya sehingga membuat orang itu minta maaf terus sama saya...hehehe...

Tapi emang loh orang indonesia banyak yang salah kaprah tentang penggunaan maaf dan terima kasih ini. Misalnya, kalau mau lewat, kebanyakan kita (termasuk saya juga kadang-kadang...), bukannya bilang permisi, tapi malah bilang maaf . Trus memulai percakapan, dengan " Maaf saya ganggu waktunya. Kalau kayak gini, bukannya pikiran kita yang mau diajak ngomong malahan merasa terganggu. Soalnya jelas-jelas di awal pembicaraan orang itu mau ganggu waktu kita kan.

Udah gitu di akhir pembicaraan seringkali kita lebih sering mengatakan " Maaf ya sekali lagi". Menurut saya lebih bagus bilang, "Terima kasih banyak loh sebelumnya", atau "jazakumullah khoiran katsir", atau "thank you" atau "danke". 

Kecuali....., kalau kita emang bener-bener salah ya, dan itu juga harus jelas salahnya apa, baru kita minta maaf sekaligus nyesel. Atau pas Ramadhan dan Lebaran. Atau pas perpisahan. Minta maaf atas kesalahan yang sengaja maupun ngga sengaja.

Beberapa tahun lalu, ada sahabat saya yang saya katain kaya "Mpok Minah", abisnya bentar - bentar minta maaf sih....hehehehe....

Nah berhubung sekarang mau lebaran, saya mau mengucapkan Minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin atas kata-kata dan perbuatan saya yang melukai hati teman dan sahabat saya ya. Ngga usah segan-segan bilang saya pernah salah apa. InsyaAlloh saya akan meminta maaf lagi secara pribadi dan menyesalinya. Mudah-mudahan Alloh mengampuni kesalahan kita semua.

Hannover, hari ke 27 Ramadhan 1431