Dienstag, 27. April 2010

Makanya infak dong!!

Kalau merasa diingatkan untuk infak, biasanya orang habis mengalami kecopetan, kehilangan uang, dan yang lain-lain. Begitu juga yang saya alami hari ini.

Alhamdulillah saya ngga dicopet, atau kehilangan uang. Kejadian yang saya alami agak beda dengan yang biasanya terjadi. Hari ini saya terkunci ketika hendak ke Spielplatz (taman bermain). Biasanya orang terkunci karena ngga bawa kunci. Tapi hari ini saya bawa kunci ketika keluar rumah. Doch saya baca doa keluar rumah ketika hendak mengunci pintu rumah. Yang saya lupa cuma satu, saya ngga mencopot kunci yang tergantung di pintu rumah bagian dalam.

Alhasil saya ngga bisa membuka maupun mengunci pintu rumah saya. Berita buruknya, saya ngga bisa langsung mencoba mengakali membuka pintu rumah saya dengan kartu atau barang-barang ajaib lain seperti yang dimiliki MC Gayper (pasti salah dah nulisnya, saya bener2 lupa nulis Mek geper gmn?Itu loh Seri Detektif di tv zaman 90-an. ga penting , saya mau lanjut cerita).

Bukannya saya ga mau langsung usaha membuka si pintu, tapi bocah-bocah di sekitar saya udah pada ngga sabar pingin keluar rumah. Nangis, teriak, protes dengan bahasa mereka. Cuman orang dewasa kebanyakan ngertinya begini: "hadooohhh puyeng dah kl udah pada protes, ayo cepet kita kluar rumah".Yang mebuat kejadian agak parah, si abi lagi Dienstreise, alias tugas jalan2. (Parah ya nerjemahinnya?:-D)

Akhirnya, saya pending urusan pintu dan kunci rumah saya. Saya berpikir, ntar aja deh diurus, insya Alloh ada jalan keluar. Sampai disini, saya juga belum mengerti korelasi antara kunci, pintu dan infak.

Selesai bermain dari Spielplatz, saya yang alhamdulillah ngga sendirian (ada teman kebetulan lagi main ke rumah), pulang ke rumah. Di jalan saya terus berpikir, bagaimana yah caranya. Teman saya kemudian memberi ide untuk berusaha membuka dengan garpu. Alhamdulillah saya punya tetangga dekat yang baik hati dan tidak sombong, yang mau meminjamkan garpunya, dengan resiko tidak akan balik lagi. Maklumlah garpunya bisa aja gepeng dan meleat-leot ngga karuan kalo buat buka pintu.:-D

Ketika mengambil garpu itulah, saya menemukan iklan Notschlussel Dienst (artinya kira2: Tukang kunci dalam keadaan darurat). Hati saya sudah mulai agak tenang, karena disitu ditulis bisa dihubungi kapan saja. 24 jam dan meskipun hari libur.

Sesampainya di rumah, teman saya mencoba membuka pintu rumah dengan menggunakan garpu. Sayangnya ngga berhasil juga. Menunggu pertolongan dari para suami orang, ngga tega (habis, masa pulang kerja disuruh ke rumah saya cuma gara-gara pintu). Akhirnya saya menelepon si Tukang kunci itu.

Waktu terasa lamaaa sekali menunggu tukang kunci di depan rumah. Setiap ada mobil atau orang lewat, saya komentarin. Kayanya dia. Tapi bukan terlalu ganteng. Kayanya yang pake Audi. Tapi masa tukang kunci pake Audi sih,. Biasanya di mobilnya pasti ada iklan. Jadi bukan juga. Trus ada polisi lewat, dan berhenti. Jangan-jangan karena kita yah, kata saya ke teman saya, tapi bukan kok. Alhamdulillah setelah kurang lebih 15 menit menunggu, si tukang kunci datang.

Pintu terbuka dalam waktu semenit. Ga ada malah. Dan caranya, mirip teman saya yang pake garpu tadi.Yaahhh nasib. Akhirnya si tukang pintu menagih bayaran ke saya 65€. Tadinya dia minta 79, tapi karena melihat saya muslim, dan dia muslim, trus melihat di pintu saya ada tulisan assalamualaikum, harganya dikurangin jadi 65.. SAya seharusnya sangat bersyukur, karena menurut si tukang kunci, biasanya orang jerman nagihnya seratus euro. Atau bisa saja saya dikerjain dan ditagih 300-400€. Pesennya dia, tanya dulu harganya sebelum nyuruh dia dateng.

Pfuiihh, saya langsung keingetan. Ada pos infak yang saya ambil buat belanja, karena emang ga ada duit lagi pada waktu itu. Sayangnya pos itu ngga langsung saya kembalikan ketika ada uang lagi. Dan jumlahnya yang saya ambil waktu itu sebesar 60€. Merinding deh jadinya.

Jadi.., makanya jangan lupa infak!!!

Alhamdulillah kuping Daffa ngga papa. Kata si dokter mesti sering2 aja diajak ngomong, tapi jgn disuruh ngomong...:-).lierr..

Donnerstag, 8. April 2010

Syamil




Lengkapnya: Syamil Dermawan Musa
dibelakangnya ada Ciptokusumo, tapi itu buat mempermudah birokrasi ajah.

Lahir 11 Februari 2010 di Hannover, berat badan 3030g panjang 51 cm.

Ceritanya ada di: http://kerjaanpengacara.multiply.com/journal/item/26

Ibu susu

Waktu Daffa bayi saya pernah memposting tentang bagaimana caranya memperbanyak ASI. Tapi waktu itu, karena ngga tau emang stres atau kenapa. ASI saya tetap sedikit, walaupun sudah berbagai cara dipakai. Emang sih saya males makan. Tapi kayanya ngga semua orang yang males makan ASInya sedikit. Alhamdulillah untuk Syamil sepertinya ngga ada masalah. Singkat cerita, gara-gara saya mensortir foto. Saya menemukan kenangan bersama ibu susunya Daffa.

Bermula saat ada acara pengajian di rumah salah seorang ibu-ibu. Daffa yang waktu itu masih kelaparan terus menangis. Apa daya ASI saya sudah tiris. Mana saya ngga bawa cadangan susu formula. Ketika itu saya berpikir untuk meminta tolong salah satu ibu disana yang bayinya sumuran Daffa. Tapi tidak terucap, karena segan dan malu. Alhamdulillah ada seorang teman yang baik hati dan tidak sombong, menawarkan dirinya untuk menyusi Daffa. Anak teman saya itu sudah berusia satu tahun, namun ASInya masih banyak. Makanya tadinya saya ngga kepikiran minta tolong dia. Akhirnya Daffa bisa tidur dengan tenang. Susu-menyusui itu tidak berhenti sampai itu saja. Saya yang waktu itu masih mengerjakan tugas akhir di kampus harus menitipkan Daffa. Karena ASI saya sedikit, maka otomatis tidak bisa dipompa untuk cadangan minumnya Daffa selama ke kampus. Alhamdulillah, teman yang baik hati dan tidak sombong itu menawarkan jasanya kepada saya. Waktu itu dia menawarkan untuk menitipkan Daffa di rumahnya. Dan ngga nyangka plus ASI juga....


Sekarang Daffa memanggil teman saya itu mama. Iya mama Nora.  Selain Mama Nora, Daffa juga punya ibu susu lain, yaitu adik saya sendiri.

Kalau dengan adik saya kejadiaanya dua tahun lalu saat pulang ke Indonesia. Biasa..., kalau stres ASI saya jadi sangat berkurang jumlahnya. Jadilah adik saya jadi ibu susu yang kedua.

Sebetulnya, Daffa ngga cuma didsusui oleh mama Nora dan adik saya, ada teman saya yang lain juga yang pernah menyusui Daffa. Tapi cuma sekali, dan syarat untuk jadi ibu susu, minimal 5 kali menyusui. Nasib-nasib, Daffa ngga boleh nikah dengan anaknya mama Nora dan adik saya.  Na ja, sampai saat ini anak mereka semua juga laki-laki..

*Foto yang dipajang, foto Daffa bersama Mama Nora dan Rayyan tahun lalu (2009) di jakarta.

pantesan... ternyata selama ini settingan blog saya buat individual people. orang kaga bisa baca lah...gimana seh..??

Mittwoch, 7. April 2010

HNO = THT

Bingung mau kasih judul apa. Tadi pagi kami bertiga ke HNO, saya, Daffa dan Syamil. Yang mau diperiksa cuma Daffa aja. Gara-gara di usianya yang menginjak 28 bulan, Daffa belum bisa bicara, atau lebih tepatnya, sangat sedikit kata-kata yang terucap dari mulut Affa. Yang saya ingat, kata-kata yang sudah Daffabisa adalah abi, babi (karena mungkin mirip abi..), kambing, anjing, tchüß (bye2/dada..), ibu (tapi jaraaaaaang banget), udah dan abis. Selain itu, mesti mikir lama deh saya.

Di dokter, Daffa dilihat telinganya, trus di tes pake suara dengungan yang diatur beberapa macam desibel. Daffa disuruh menunjuk dari mana suara itu berasal. Sayangnya di samping Lautsprecher (pembesar suara), ada monitor yang kadang-kadang muncul gambar. Emang dasar Daffa, bukannya nunjuk darimana suara itu berasal, malahan nungguin gambar muncul dari monitor. Tes terakhir, telinga Daffa dimasukan semacam earphone kecil, ga tau mau dapain. Rasa penasaran saya juga ngga terjawab, karena Daffa udah ngga mau diajak bekerjasama. Tes itu bisa dilakukan, kalau anaknya diam sebentar. Tapi lagi-lagi Daffa memberontak. Dia ngga suka kalau ada benda dimasukan ke tubuh dia. Itulah sebabnya saya suka sebel, kalau tiba waktunya gosok gigi, bersihin telinga, atau hidung. Pasti deh Daffa ngamuk-ngamuk.

Hasilnya, telinga Daffa erkältet (bahasa indonesianya apa ya?, masa kuping masuk angin?). Mungkin itu sebabnya Daffa belum bisa ngomong. Satu lagi permintaan yang terbesar dari dokternya, saya ngga boleh nyuruh Daffa ngomong. Dan itu berlaku untuk abinya, kerabat, teman-teman. Saya harus menyampaikan ke mereka, jangan suruh Daffa bicara. Kalau mau bicara dengan Daffa, bicara aja. Misalnya, saya ngga boleh bilang ke Daffa: "bilang tschüß Daffa", atau "bilang terimakasih Daffa". Sebagai gantinya, jika Daffa berhasil mengucapkan satu kata, puji Daffa dengan bilang: "prima Daffa, tschüß". Tapi kalau ngga,biarkan aja.

Menurut bu dokter, anak kalau disuruh ngomong sesuatu, dia malah akan ngga mau ngomong kata tersebut. Jadi selama ini saya emang keliru ya...?

Dienstag, 6. April 2010

sortir yuk

Ternyata pekerjaan menyortir data itu lebih melelahkan daripada beres-rumah. Gara-gara ada seorang teman saya meminta foto Syamil, saya jadi ingin meng-copy isi SD-Card kamera saya, yang sudah lebih dari 8 bulan tidak dibuka, dan dipindahkan ke komputer. Bahkan isi kartu SD dari kamera gede saya sudah setahun tidak dipindahkan, dan sekarang terpaksa harus dipindahkan, karena akhirnya penuh juga tuh kartu.

Kalau bisa ngomong, mungkin kartu-kartu itu akan berteriak karena ruangannya udah bener-bener sumpek. Sekarang alih-alih saya menyelesaikan pekerjaan menyortir data dan foto, malahan saya ketagihan menulis disini. Entah kenapa, ketika saya menyadari bahwa MP semakin sepi, justru saya malah merasa nyaman untuk menulis di blog ini. Banyak kata-kata yang mengalir tanpa saya harus takut untuk dibaca orang. JAdi ngalor ngidul nih.

Kembali ke topik tentang sortir. Sebetulnya banyak keuntungannya kalau data dan foto kita tersortir dengan baik. Salah satunya, mudah kembali melihat atau mendapatkan data yang kita perlukan. Walaupun saya paham sekali akan manfaat-manfaatnya, tetap saja, saya kesulitan untuk membangunkan semangat untuk menyortir, apalagi menyelesaikan pekerjaan menyortir, waduuhh...males-males-males. MAkanya saya jadi kalang kabut, kalau tiba waktunya untuk pindahan rumah. Mau ngga mau, barang dan data harus disortir, biar kepala ngga keriting pas sampai di rumah baru.

Bicara tentang meyortir hari ini, saya menemukan banyak sekali foto yang sebetulnya udah lama pingin saya upload atau dan saya ceritakan kronologisnya. Misalnya foto2 pindahan dan perpisahan Mba Nenden , atau foto2nya Rayyan dan Saliha lagi gandengan tangan, dan kawan-kawannya. Tapi, cuma gara-gara males, saya jadi kehilangan kesempatan untuk bercerita dalam kata.

Udah ah ceritanya, sekarang saya mau lanjut sortir....

Samstag, 3. April 2010

Operasi Syamil

Ini sambungan posting sebelumnya....

Tanggal 18 akhirnya datang juga. Kami sekeluarga pergi ke rumah sakit. Saya direncanakan menginap bareng dengan Syamil disana.

Setelah pemeriksaan awal dan waktu menunggu yang lama (kami menunggu sekitar 3 jam sampai diantar ke Stasiun), akhirnya Syamil mendapatkan kamar.

Saya sangat kaget waktu tahu, ternyata saya harus menginap terpisah dengan Syamil. Saya di Elternzimmer, Syamil di Stasiun. Waktu itu saya ngga kuat untuk tidak menangis. Saya ngga tau apakah saya yang terlalu melankolis, atau cuma terbawa suasana rumah sakit yang terlalu mudah ditemukan wajah-wajah sedih. Saya bertanya dengan nada protes, nanti bagaimana kalau anak saya mau nyusu, atau bagaimana nanti kalau menangis. Suster disana menerangkan, mereka akan menelpon saya, kalau bayi saya menangis kelaparan atau kehausan. Dan sayapun bisa datang kesana. Wuiiihh ribet bener yak...
Alhamdulillah, cuma sebentar saya mengasihani diri sendiri dan merasakan sedih nelongso. Ketika saya bertemu dengan tetangga sekamar saya, diapun sudah 2 pekan tidak sekamar dengan bayinya. Yang parahnya lagi bayinya langsung dibawa ke rumah sakit setelah lahir, karena tidak memiliki salah satu organ (saya kurang ngerti organ mana, maklum ngobrolnya pake bahasa Jerman, dan istilah yang dia sebutkanbelum pernah saya dengar).JAdi otomatis dia belum pernah sekamar dengan bayinya sejak melahirkan. Lega rasanya, kalau tahu kita tidak sendirian yang mengalami perlakuan tertentu.

KEesokan harinya pukul 8:15 Syamil dibawa ke ruang operasi. Waktu itu saya lagi sarapan di ruang makan, jadi tidak sempet mengantar. Dag dig dug hati ini menunggu operasi sampai selesai. Saya berdoa dan memohon padaNya agar Syamil diberikan Kesempurnaan dan kesembuhan yang menyeluruh. Doa yang sempet diucapkan teman saya untuk Syamil, dan saya sangat terkesan dengan doa itu.

Satu setengah jam kemudian, Syamil keluar ruang operasi. Bukannya lemas karena mungkin ada bius yang tersisa, Syamil yang saya temui sudah menjerit-jerit. Entah apa yang dia rasakan. Mungkin kehausan, karena harus puasa 4 jam sebelum operasi, mungkin juga kesakitan. Kasihaann banget melihat bayi merah dioprasi. Tangannya diikat, agar tidak menggaruk luka oprasinya. Kabel ada dimana-mana, di dada, di kaki. Suster kemudian memberi susu yang sudah saya pompa sebelumnya menggunakan suntikan yang diperpanjang dengan alat namanya finger feeder. Maksudnya biar luka operasinya tidak rusak, kalau langsung menyusu di dada.  Alhamdulillah Syamil minum, walaupun sambil nangis-nangis dan jerit-jerit karena ketidaknyamanan yang dia rasakan.

Jahitan operasi Syamil dibuka 6 hari kemudian. Alhamdulillah mulutnya sudah menutup, semuanya sehat dan bagus. Kamipun boleh pulang setelah 7 hari di rumah sakit. Setelah itu, Syamil masih harus minum susu memakai suntikan dan akan dikontrol lagi tanggal 12 April nanti.

Banyak sekali pelajaran yang saya rasakan ketika menemani Syamil di rumah sakit. Rasa syukur itu tak henti-hentinya saya ucapkan. saya menemukan banyak sekali kasus bayi yanglebih parah dari Syamil. Ada yang perutnya diberi selang, ada yang kepalanya dioperasi, ada mendapatkan piagam bertuliskan "Du bist sehr tapfer" dari para suster karena beberapa kali dioperasi dan dia überleben. Kesemuanya itu harus dialami oleh bayi-bayi yang baru lahir (Syamil ditempatkan di stasiun khusus bayi baru lahir). Saya sangat bersyukur karena Syamil "cuma gitu doang".

Selain itu, saya juga terkesan dengan birokrasi rumah sakit di Jerman. Walaupun belum sempurna (na ja di dunia kan ga ada yang sempurna), semuanya sistematis dan mudah. Tinggal ngasih kartu asuransi, semuanya beres. Visite dokter, biaya penginapan, biaya obat, sampai konsumsi ibunya(saya) selama menginap di rumah sakit ditanggung semua. Alhamdulillah semua diringankan dan dimudahkan.

Alhamdulillah sampai saat ini semua lancar dan mudah-mudahan Syamil diberikan kesempurnaan dan kesembuhan yang menyeluruh. Minta doanya ya...

Terjemahan:
Elternzimmer = kamar orang tua
Du bist sehr tapfer = kamu sangat kuat
überleben = tetap hidup

Cerita Syamil

alhamdulillah.., akhirnya lahir juga.

Perasaan lega teramat sangat yang saya rasakan saat itu. Setelah telat 4 hari dari jadwal, dan bosan bolak balik ke dokter kandungan karena bayi saya ngga lahir-lahir.

Hari Kamis tanggal 11. Februari 2010 anak laki-laki saya yang kedua lahir jam 2:41. Padahal kemarennya (hari rabu), dokter yang saya datangi cuma geleng2 kepala, ketika saya bertanya apakah ada tanda-tanda akan lahir. Kelahiran memang misteri Sang Kuasa, seperti halnya jodoh dan kematian. Apapun dan kapanpun bisa terjadi, tergantung kehendakNya.

SAya bersyukur sekali, karena kelahiran yang kedua ini tergolong cepat. Mulai kontraksi jam 22:30, masih sempet nyuci kereta bayi yang baru dateng, sampai jam 24. Tadinya saya memutuskan tidur, karena saya ngga yakin bayinya akan lahir cepat. Saya pikir paling cepat besok paginya. Tapi, karena sudah waktunya, boro2 bisa tidur, yang ada kontraksi itu menguat menjadi 3 menit sekali. Saya putuskan membangunkan suami, yang sebetulnya baru akan bertualang dam mimpi indahnya...

Saya pun bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit, sambil menunggu beberapa teman datang ke rumah untuk menjaga Daffa. YAng saya pikirkan pada saat itu, saya pingin cepet sampai di rumah sakit, karena kalau ngga, khawatir ngga kuat jalan.  Mana di luar salju lagi tebal2nya, ditambah angin kencang winter yang dingin banget. Saking ngga kuat nahan sakit, supir taksi yang membawa saya dan suami ke rumah sakit jadi ikutan tegang dan ngebut.

Ternyata benar, sesampainya di rumah sakit, saya sudah bukaan 6. Saya pun udah ngga tahan pingin ngeden.. Bidan yang ada waktu itu ada segera menyuruh saya ke ruang melahirkan. Saya sadar sepenuhnya bahwa melahirkan itu sakit. Tapi saya sudah lupa sakitnya seperti apa. Saya cuma ketakutan menghadapi rasa sakit itu. Saking groginya, saya sempat muntah-muntah dan batuk-batuk (kalo ini ciri2 saya, kalo lagi grogi atau stres, hehehe).  Alhamdulillah, sekitar 30-40 menit kemudian (saya ngga inget lagi), bayi saya lahir.
Ketika itu rasanya legaaaa banget ketika melihat bayi saya diangkat oleh bidan.

Tapi..apa itu..saya agak kaget melihat bayi saya beda dari kakaknya maupun bayi lain. Bayi saya lahir dengan bibir sumbing. Kasus yang terjadi 500:1 di negara Jerman. Bayi saya dipilih oleh Yang Maha Kuasa untuk mewakili 500 bayi yang lahir. Bayi saya istimewa.

Bidan yang menangani kelahiran menghibur saya dengan mengatakan, kasus seperti ini bukan kasus yang termat buruk. Dimasa depan akan bisa dikoreksi. Saya yang waktu itu masih terbayang sakit melahirkan, cuma merasakan lega, dan syukur karena bayi saya bisa lahir dengan selamat. Sedikit kaget memang ada. Tapi, tidak melebihi kekagetan seperti ketika kakanya lahir, dan melihat hidung kakanya pesek. (abis, hidung Daffa pesek buanget, hehehe). Saya bersyukur bisa langsung meyusui bayi saya, hal yang ngga bisa saya lakukan pada kakaknya krn waktu itu langsung diambil bidan, dan bayi saya pun minum dengan lahap, walaupun dengan kondisi bibir seperti itu.

Saya pun bertanya pada suami saya, apakah dia sedih dengan keadaan seperti itu. Alhamdulillah diapun bisa menerima bayi kami dengan hati lapang (tapi kalau di hatinya, ngga tau deng).

Paska U1 dan U2 (Pemeriksaan standar pertama dan kedua), alhamdulillah diketahui bahwa bayi saya cuma sumbing di bagian bibir. Dalam bahasa JErman disebut Lippenspalte. Banyak anak-anak lain yang mengalami Spalte (sumbing), dibagian rahang, dan gusi (Lippen-Kiefer-Gaumen-Spalte). Mungkin itu sebabnya bayi saya bisa minum ASI dengan lahap.

Keesokan harinya saya mendapatkan nomer telepon Professor yang biasa menangani bibir sumbing, dan saya pun diharapkan segera mebuat janji dengan professor itu untuk penanganan lebih lanjut. Alhamdulillah, Termin pun tak sulit saya dapatkan, insya Alloh 2  pekan kemudian kami bertemu dengan Professor itu.

Yang mebuat saya kaget, ketika saya bertemu dengan Prof itu, saya langsung mendapatkan Termin untuk oprasi 2 pekan kemudian (tanggal 19  Maret). Professor itu mengatakan, beliau bisa mengoprasi bayi diatas 3 pekan. Alhamdulillah kasus bayi saya termasuk kasus minor, atau tidak terlalu parah, jadi sangat mungkin hanya dibutuhkan 1x oprasi. Saya yang waktu itu masih tidak terlalu banyak tahu tentang hal-hal "persumbingan" (masih sedikit googling dan baca2), menurut saja apa yang dikatakan professor.

Bersambung.......

Oh iya, bayi kami bernama Syamil Dermawan Musa, mudah-mudahan bisa menjadi anak yang menyeluruh dan komplit cara berpikirnya, suka bersedekah, dan Musa(ini dadakan). Saya berdoa,  jikalau Syamil besar bicaranya kurang jelas, maka mudah-mudahan akan seperti nabi Musa yang tetap bisa menyampaikan kebenaran dan taat pada RabbNya.