Sonntag, 7. August 2011

[Ramadhan di musim panas] pekan pertama

Alhamdulillah kita sudah memasuki Ramadhan pekan kedua. Waktu buka puasa terus bergeser ke arah jam 21. Kemarin saya ifthor jam 21:04. Hari Ramadhan pertama ifthor jam 21:19.  Dulu waktu jaman saya SMP, saya sempat membaca reportase di majalah Aneka, orang-orang yang kuliah di luar negri (kalo ngga salah di Amerika) harus puasa sampai jam 9 malam.Saya ngga nyangka akan mengalaminya sendiri. Dulu saya pikir, kok kayanya seru ya, mengalami jadwal puasa yang lain dari yang biasanya. Ternyata memang seru. Seru kejar-kejaran tidur, seru sahur selang-seling (sehari sahur-sahari ngga, karena kesiangan bangun). Seru menahan pandangan. 

Soal menahan pandangan,  kemaren sabtu, waktu saya lagi ngebon (baca: berkebun) di depan rumah. Ngga sengaja ada makhluk berwajah wanita lewat, berpakaian putih, meni mini pisan bajunya itu mah. Untung mas Johar lagi menghadap tanaman. Trus saya bilang, bi jangan balik badan, ada awewe bajunya parah banget. Emang sih si abi ngga ngeliat, tapi parfumnya ....wangi beneerr.....Saya malah lupa kalau saya juga ngga boleh ngliatin (pelototin) tuh awewe. Astaghfirullahal'adzimm. Kata si abi: ngeri bener ya...kalo si awewe gitu terus ntar ngga bisa nyium bau syurga, tapi kalau yang di depan aku insyaAlloh jadi bidadari ya. Aamiiin kata saya. Geli sekaligus terharu. Ternyata bisa kok, puasa sambil berkebun.

Hari sabtu kemarin, kami juga diberi kesempatan untuk buka puasa bersama keluarga besar muslim di Hannover. Bener-bener seperti keluarga. Saya terharu ketika sholat jama'ah. Ada nuansa yang lain. Sayang saya ngga bisa ke mesjid untuk sholat tarawih jamaah di  mesjid. Waktunya terlalu malam untuk anak-anak. Mungkin keharuan, kebersamaan, dan kekhusuyu'an itu juga bisa dirasakan ketika sholat jamaah di mesjid. Merasa bersama berpuasa. Berbagai ras, serentak di seluruh dunia. Seperti juga tanaman dan hewan di musim tertentu berpuasa. Selain keharuan, makananya pun uenak tenan....Saya sampe bingung mau makan apa dulu....buanyakkk banget. Saya juga kaget yang datang bisa sebanyak itu, padahal ifthornya malam sekali. Hujan pula. Anak-anak yang harusnya sudah tidur, semangat lagi berseliweran lari-larian kesana kemari. Bagaikan memakai baterei Energizer. Terus..terus...dan terus berlari.... Seru.

Mulai hari ini saya ngga puasa sampai kemungkinan 12 hari ke depan. Mudah-mudahan masih bisa ibadah yang lain dengan istiqomah...

[TPA Ramadhan] Trial pekan pertama

Sudah dua kali TPA Ramadhan diadakan. Kami belum juga punya nama yang ajeg untuk TPA. Walau begitu the show must go on.Anggotanya 6-8 orang. Daffa (3,5 thn), Syamil (1,5 thn), Izza (8 thn), Haqi (4 thn), Nada (5 thn), Hana (2 thn), Daud (3,5 thn), dan Saliha (3,5 thn). Mudah-mudahan nanti nambah lagi...usia dari 0-10 tahun. Untuk bayi-bayi, walaupun merekabelum bisa ngomong, tapi bisa  menyerap semua yang diomongin di  TPA. Buat yang usianya di atas 10 tahun, insyaAlloh lebih cocok mentoring remaja. Tapi sampai sekarang, saya belum bisa bantu-bantu. Ngga kepegang...Mudah-mudahan nanti ada ibu-ibu yanglain yang bersedia memegang program mentoring remaja...

 Di hari pertama, anak-anak.anak cukup senang dan gembira mengikuti acara. Kami membahas Alloh sang Pencipta, dan ciptaanya. apa yang kita harus lakukan biar Alloh sayang sama kita, bicara tentang syurga dimana ada semua mainan dan semua kesenangan. Bacaan-bacaan yang disukai Alloh. 


Dalam pertemuan yang kedua, anak-anak belajar sholat. Sayang Syamil dan Hana ngga ikut. Kecapean nunggu dan ketiduran. Mudah-mudahan besok bisa lebih pagi TPA nya. Kali ini anak-anak ngga terlalu semangat belajarnya. Daud malu-malu sambil tiduran belajar sholatnya. Nada bolak-balik protes minta ke lantai bawah. Mungkin anak-anak memang lebih suka berada di lantai bawah. Seger..., bisa ngeliat ijo-ijo....  Besok-besok di bawah aja kali ya. Kalau perlu TPAnya di taman. Mungkin nanti bisa belajar wudhu di taman pake selang...asikknya... Alhamdulillah sholat zhuhur empat rakaat bisa diselesaikan. Buat Daffa masih susah ngangkat pantat kalau sujud, tangan juga masih susah diangkat. Izza cerita, kalau dia belum bisa hapal bacaan-bacaan sholat. Terus saya bilang, makanya kita harus sering-sering ngulang bacaannya. Ini tentu PR untuk para orang tua untuk meneruskan belajarnya di rumah. Namanya juga TPA Homeschooling. Di rumah mesti belajar juga. Di TPA grouping ini hanya memfasilitasi evaluasi bersama apa-apa yang kita ajarkan di rumah.  Kalau mengandalkan dua kali seminggu memang sangat-sangat-kurang.



Dalam pertemuan kedua, alhamdulillah acara makan siang bersama bisa dilaksanakan lumayan tepat waktu. Pada pertemuan pertama, anak.anak, sudah terlanjur rewel karena telat makan siang, yang akhirnya ngga bisa makan bareng dan mesti disuapin sambil diuber-uber biar ngga tambah rewel Izza tentu saja ngga ikut makan. Izza sudah belajar puasa dari sarapan sampai ifthor.


Ternyata ngga mudah ya jadi ibu guru, walaupun buat anak-anak kecil. Butuh persiapan yang cukup. Seringkali di tengah percakapan, saya bingung melanjutkan kalimat. Maafkan ya nak, kami para orangtua belum optimal. Masih belajar juga, sama seperti kalian. InsyaAlloh kita belajar sama-sama ya nak. Seumur hidup kita. Mudah-mudahan pertemuan-pertemuan berikutnya bisa lebih baik lagi...amiiinnnn.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

foto: kegiatan TPA kami
minta ide buat namanya donks teman...

Mittwoch, 3. August 2011

1 Agustus 2011

Bukan hari ulang tahun, bukan hari pernikahan, apalagi hari kemerdekaan. Namun di tanggal tersebut merupakan hari yang sangat bersejarah buat saya. Tiga hari yang lalu, tepatnya hari senin, dan berbarengan dengan 1 Ramadhan 1432H.

Senin ini adalah hari pertama puasa menggunakan waktu Sommer atau musim panas. Terus terang sampai sekarang saya belum menghitung waktu berapa jam saya harus puasa. Menyontek dari status teman di facebook, dia menghitung 17,5 jam kami berpuasa. Alhamdulillah cuacanya mendukung, mendung, dan sejuk, jadi tidak terlalu haus. Untuk menjaga stamina seperti biasa saya sahur dengan cukup dan tidak lupa makan kurma tujuh butir. KAta suami, bilangan tersebut ada haditsnya, tapi sampai sekarang saya belum ngecek, jadi belum bisa di zitat ke tulisan ini, hehehe.

Di hari itu pula Daffa memulai hari pertamanya di Kindergarten, walaupun cuma satu jam. Alhamdulillah Daffa seneeeng banget ketemu anak-anak lain. Maklum tetangga-tetangga pada liburan, jadi jarang anak-anak berseliweran di depan rumah. Di Kindergarten, Daffa belum bisa main sama teman-temannya. Tapi mudah-mudahan lama-lama Daffa bisa belajar berteman. Syamil tentu dibawa dan ikut nungguin selama satu jam itu. Dari raut mukanya kelihatan, dia juga pengin ikut "sekolah".  Di Kindergarten Daffa ada fenomena unik yang saya tidak temukan di Kindergarten lain. Selama sepengetahuan dan sepandangan saya, saya ngga ngeliat ada anak Jerman disitu alias orang asing semua. Malah ada klub ibu-ibu yang bikin acara renang bersama. Di fotonya terlihat semuanya ibu-ibu turki berjilbab...Kayanya saya mau bisa ikutan juga...


Satu lagi yang bersejarah. Karena Syamil belum bisa sekolah, atau belum dapet tempat karena masih terlalu kecil, saya berinisiatif membuat Home Schooling group dengan beberapa ibu. Dan hari Itu pula TPA berbasis homeschooling diadakan pertama kali di rumah saya. Syamil seneeeng banget. Ikutan tepok-tepok tangan sambil nyanyi, tapi pas giliran membaca hadits pendek dan surat pendek, udah ogah ikut, dan malah mainan sepatu temennya. Tapi ngga papa. Walaupun sambil mondar-mandir, mudah-mudahan otaknya menyerap kami, ibu-ibu yang cuap-cuap ampe berbusa ngulangin surat pendek dan hadits pendek.  Anak-anak yang lebih besar (seumuran Daffa dan lebih tua sedikit) semangat mengulang-ulang bacaan.
Hari itu kami bercerita tentang Alloh sang Pencipta, dan kalimat-kalimat tasbih dan tahmid. Rencananya TPA ini akan diadakan dua kali seminggu, sampai tanggal 18. Dan seterusnya mengikuti model playgroup di Indonesia sebanyak tiga kali seminggu. Waktunya setelah anak-anak pulang dari Kindergarten. Daffa dan teman-temannya juga diikutsertakan.

Mudah-mudahan jadi sarana sosialisasi anak-anak muslim Indonesia di Hannover. Kenapa anak Indonesia? Karena ngajarinnya pake bahasa Indonesia. Tujuan lain, mudah-mudahan anak-anak biasa menerima "pelajaran" dalam bahasa Indonesia. Jadi kalau mereka pulang ke Indonesia, meringankan ketika mereka harus belajar di sekolah dengan bahasa Indonesia

Rasanya capeeee banget di hari itu, tapi seneng. Daffa sampe ngulang-ngulang lagu Assalamu'alaikum, dan diingatkan lagi hadits-hadits pendek yang pernah diajarkan di Indonesia. Alhamdulillah.....Semoga Alloh mudahkan dan lancarakan seterusnya.

InsyaAlloh catatan Ramadhan, Kindergarten, dan Homeschoolingnya akan ditulis secara berkala di MP ini. Semoga bisa, insyaAlloh...


Montag, 1. August 2011

Foto-foto pindahan kesekian




Baru nyadar kalo foto2nya cuma dikit. Soalnya sempet hujan pas pindahan.

Mereka juga punya hak

Sejak pindah ke rumah baru, kerjaan saya di rumah semakin bertambah. Selain mesti meluangkan waktu untuk beberes lantai alias mengepel dari kamar atas sampe ruang paling bawah. Yang paling sering ngga disapu,  biasanya ruangan bawah tanah. Udah keburu pegel, dan biasanya anak-anak udah keburu minta main sama ibunya.

           
                                                                   












Alhamdulillah di rumah baru kami ada taman yang tertata rapi peninggalan penghuni sbelumnya. Denger-denger dari tetangga penghuni sebelum kami menyewa tukang kebun untuk menata dan merawat kebun sampai bisa indah kaya gitu. Buat kami untuk nyewa tenaga tukang kebon, belum kuat sodara. Alhasil kerjaan yang paling kudu wajib dikerjain adalah menyiram tanaman setiap sore menjelang malam. Apalagi musim panas begini, kasian kembang dan rumput kalau sehariii aja ngga disiram. Kembang-kembang pada keriting, rumput menguning. Sedih ngeliatnya. Itu juga yang membuat kami agak tidak bebas untuk berpergian keluar kota. Belum ada yang bisa dititipin untuk menyiram kembang-kembang kami. Biasanya kami bebas pergi-pergi, kalau cuaca mendung dan hujan deras.

Sekarang, setelah hampir dua bulan kami pindah rumah, pohon-pohon kelihatannya udah minta dipotongin. Udah pada gondrong. Sayang kami belum beli alat potongnya. Selain mahal, belum sempet juga. Mau motong pake gunting pohon manual kaya Emang-Emang di Indonesia kaga sanggup. Takut tambah pegel-pegel...

Bagaimanapun juga semua makhluk di rumah ini punya hak. Lantai-lantai, pintu, jendela, tempat tidur, saluran air, pohon, sampah. Minta dibersihin, disiram, dipotong, dicuci, dipel, dibuang.Kalau ngga dikerjain, nanti rumahnya jadi kaya rumah genderuwo...hiiii. Malaikat jadi ogah masuk.

-----------------------------------------

Foto: taman belakang rumah, ada jemuran nongol dikit..:-), tapi tetep cantik kan??


Donnerstag, 21. Juli 2011

Rumah baru kami

Alhamdulillah sejak tanggal 18 Juni kemarin kami sekeluarga menempati rumah baru. Mudah-mudahan berkah, anak-anak lebih sehat karena ada taman kecilnya, dan semakin lebih bisa menjamu tamu yang datang ke rumah.amiinnn.

Rumah kami terletak di satu jalan kecil. Rasanya mirip tinggal di komplek di Indonesia. Kebetulan sekarang musim panas. Jadi kalau sore, banyak anak kecil main di jalan. Ada yang main sepeda, ada yang main sepatu roda, ada yang main roller. Seneng deh liatnya. Yang agak beda sama Indonesia, ngga terlalu banyak ibu-ibu yang ikutan "main" di depan rumah.

Walaupun kami ada di negara Jerman, tapi tetangga-tetangga kami kebanyakan orang asing. Yang paling banyak berasal dari Turki, tapi sudah generasi kedua dan ketiga. Otomatis sudah banyak yang beganti kewarganegaraan menjadi warga negara Jerman.

Tadinya kami mau mengirim makanan kecil ke tetangga kami kiri dan kanan sewaktu kami baru pindah. Tapi dirasa-rasa, ada perasaan takut dianggap aneh. Makanya kenalan biasa aja dulu sama mereka.

Alhamdulillah, saya sudah berhasil diajak minum kopi sama tetangga orang Turki, kenalan sama orang Jerman, yang anaknya seumuran Syamil. Mereka kenalan karena merasa nanti anak-anak mereka kalau agak gedean akan main bareng Syamil. 

Yang paling seru tetangga sebelah rumah kami. Pasangan serbia dan yugoslavia dengan tiga anak. Daffa dan Syamil senenng banget main sama anak-anak tetangga. Padahal usianya sudah jauh diatas Syamil. Saya paling salut sama bapaknya. Orangnya pinter banget ngomong. Maklum, mungkin karena berprofesi sebagai pedagang. 

Pernah satu hari, kami diomelin ibu-ibu karena salah parkir. Itu juga karena yang nyuruh tetangga saya itu. Tetangga saya kemudian adu mulut dengan ibu-ibu yang ngomel tadi. Beberapa menit kemudian terdengar mereka ketawa-ketawa, trus berantem lagi, trus ketawa-ketawa lagi. Pokoknya aneh deh. Ternyata tetangga saya bisa aja ngajak ngomong si ibu-ibu itu ke topik lain, sampai-sampai si ibu yang ngomel-ngomel tadi bisa ketawa-ketawa.

Bukan cuma sama ibu-ibu. Si bapak tersebut ternyata pinter juga ngomong sama anak-anak. Minggu lalu saya berusaha motong rambut Daffa. Maunya sih dipotong tiga senti. Tapi karena Daffa gerak-gerak, dan akhirnya histeris, potongan rambutnya jadi botak ngga rata dimana-mana. Jelek banget deh. Si bapak kaget ngeliat rambut Daffa yang mengerikan. Dia menawarkan diri untuk "ngeberesin" potongan rambut Daffa alias dipelontos sekalian. Sampai terheran-heran saya ngeliat bagaimana si bapak membujuk Daffa untuk mau masuk ke rumahnya sendirian sambil digendong. Saya dan abinya Daffa ngga ikutan masuk dan nunggu di dalam rumah. Beberapa menit kemudian...taraaa, kepala Daffa udah pelontos abis, dan dia ngga nangis (Cuman keliatan mau nangis). Emang dah keren banget tetangga kami.

Alhamdulillah....sekarang tinggal beres-beres lagi.....Fotonya nyusul....

Drama Kehidupan

Semenjak si abi kerja di perusahaan dan nggak lagi kerja di Universitas, ada banyak hal baru mewarnai kehidupan kami. Nggak sabar rasanya nunggu suami pulang kerja. Selain emang di rumah banyak "kerjaan lain" yang menunggu, ada sesuatu yang sangat spesial.

Sesuatu itu sering saya sebut Brama Kumbara. Itu loh judul film bioskop jaman dulu. Seneng aja dengerin Brama Kumbara versi kantornya si abi. Cerita tentang temen makan siangnya lah, ada orang yang iri dengki, atau atasannya yang super baik. Semakin hari, ceritanya makin seru. Kepulangan si abi dari kantor semakin ditunggu-tunggu. Serasa lagi dengerin sinetron. Nasib emak-emak belon pernah kerja nih.

Lama-lama, karena pikiran saya serasa sedang mendengarkan sinetron, saya jadi (atau menjadikan) kejadian-kejadian yang saya alami menjadi sinetron versi saya. Semua mengalir dan saya menikmatinya bagaikan sedang menonton sinetron yang ada di tipi-tipi.

Rasanya aneh, tapi ringan...

Semuanya drama kehidupan, kita pelakunya, dan Alloh sutradaranya...